Rabu, 15 Februari 2012

Memperelok Raga Adalah Sunnah Alamiah Wanita

Hal yang membedakan antara seorang wanita dengan seorang laki-laki yaitu kesenangan untuk memperelok raganya. Seorang wanita akan berusaha tampil secantik mungkin didepan oranglain agar mereka diakui keberadaannya. Karena keinginan untuk diakui inilah yang membua wanita memperelok raganya secara ngawur, sangat jauh dari tuntunan syari'at islam. Karena keterlaluan mereka dalam memperelok raganya, hingga terlihat seperti barbie boneka impor yang sangat lucu itu. Bahkan diantara mereka ada yang sangat bangga dengan julukan barbienya seperti Anita Barbie Lusiana Barbie dan barbie lainnya. Boneka barbie merupakan simbol kecantikan yang amat memukau bagi dari wanita. Karena itu memang mereka memimoikan dirinya bisa tampil cantuk laksana kecantikan boneka barbie. Celakanya, benar-benar telah beranggapan bahwa kecantikan mereka setara dengan kecantikan boneka barbie.
Yang patut diketahui oleh kita sebagai wanita, ialah bahwa sesungguhnya tak ada larangan dan tidak pula tercela jika anda adalah seorang wanita yang suka berdandan, bersolek ataupun gemar memperelok raga. Dalam syari'at islam, hal itu justru dianjurkan, berdasarkan sabda Rasulullah saw, yang menerangkan tentang salah satu kriteria wanita shalihah yaitu apabila dipandang, bisa menyenangkan hati suaminya. 
Sudah menjadi fitrah jika wanita ingin bertampil cantik dan menawan. Namun hal itu tidak boleh dilakukan secara berlebihan. Sebab hal yang ideal adalah nyang wajar dan proporsional. Memperelok raga dengan berlebihan hingga menyentuh wilayah "haram" dan membahayakan diri sendiri maupun orang lain, merupakan hal yang tercela. Demikian juga dengan seorang wanita yang sama sekali anti dengan dandan atau tidak rapi, kucel, kumuh dan membuat sepet pandangan orang yang melihatnya, maka itupun tindakan yang kurang baik. Karena sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan

Aku tidak Pernah Terlalu Besar Untuk Dipeluk

Ketika kecil, aku takut membayangkan bahwa aku akan tumbuh dewasa. Aku ingat, aku menangis dan mengatakan bahwa aku ingin umurku tetap sama, dan tidak pernah tambah tua, dia menceritakan segala hal indah yang tidak akan pernah aku dapat, kalau aku tidak tambah besar, seperti nonton bioskop dengan teman-teman, jatuh cinta dan begadang semalaman.
Berbagai alasan ibuku itu tidak langsung bisa meyakinkanku, tetapi beberapa tahun kemudian, perkataannya itu benar-benar meresap. Ketika aku SMP, aku tidak sabar ingin cepat lebih dewasa. Dan pada masa itu aku mulai memiliki "sikap" aku-tidak-mau-terlalu-dekat-dengan-oranguaku. Aku ingat ketika ibuku mengantarku kesuatu tempat, aku berfikir bahwa seharusnya aku rangkul ibuku dulu. Tetapi, bukannya mengulurkan tangan untuk merangkulnya, malah cepat-cepat pergi meninggalkannya.
Sekarang ini, aku tidak sabar ingin cepat lulus kuliah dan mengalami dunia baru. Tetapi aku juga takut. Kadang ide untuk meninggalkan rumah membuatku ingin meringkuk lagi dalam pangkuan ibuku dan menangis seperti dulu, mengatakan padanya bahwa aku tidak mau tumbuh dewasa.
Aku tidak tahu, apakah yang kurasakan itu merupakan pertanda baik atau setidaknya merupakan langkah normal. Mungkin, sampai kita selesai mengelilingi satu lingkaran penuh, kita kembali bisa menghargai orangtua kita dan tidak ingin meninggalkan mereka. Mungkin, bagian dari tumbuh dewasa adalah menyadari bahwa meski kamu menyadari kamu bukan lagi anak-anak, kamu tetap anak-anak orangtuamu
Dan kamu tidak pernah akan menjadi terlalu besar untuk dipeluk.