Rabu, 15 Februari 2012

Aku tidak Pernah Terlalu Besar Untuk Dipeluk

Ketika kecil, aku takut membayangkan bahwa aku akan tumbuh dewasa. Aku ingat, aku menangis dan mengatakan bahwa aku ingin umurku tetap sama, dan tidak pernah tambah tua, dia menceritakan segala hal indah yang tidak akan pernah aku dapat, kalau aku tidak tambah besar, seperti nonton bioskop dengan teman-teman, jatuh cinta dan begadang semalaman.
Berbagai alasan ibuku itu tidak langsung bisa meyakinkanku, tetapi beberapa tahun kemudian, perkataannya itu benar-benar meresap. Ketika aku SMP, aku tidak sabar ingin cepat lebih dewasa. Dan pada masa itu aku mulai memiliki "sikap" aku-tidak-mau-terlalu-dekat-dengan-oranguaku. Aku ingat ketika ibuku mengantarku kesuatu tempat, aku berfikir bahwa seharusnya aku rangkul ibuku dulu. Tetapi, bukannya mengulurkan tangan untuk merangkulnya, malah cepat-cepat pergi meninggalkannya.
Sekarang ini, aku tidak sabar ingin cepat lulus kuliah dan mengalami dunia baru. Tetapi aku juga takut. Kadang ide untuk meninggalkan rumah membuatku ingin meringkuk lagi dalam pangkuan ibuku dan menangis seperti dulu, mengatakan padanya bahwa aku tidak mau tumbuh dewasa.
Aku tidak tahu, apakah yang kurasakan itu merupakan pertanda baik atau setidaknya merupakan langkah normal. Mungkin, sampai kita selesai mengelilingi satu lingkaran penuh, kita kembali bisa menghargai orangtua kita dan tidak ingin meninggalkan mereka. Mungkin, bagian dari tumbuh dewasa adalah menyadari bahwa meski kamu menyadari kamu bukan lagi anak-anak, kamu tetap anak-anak orangtuamu
Dan kamu tidak pernah akan menjadi terlalu besar untuk dipeluk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar